Hari ini, kita akan membahas sebuah makalah terobosan yang mengeksplorasi bagaimana para peneliti menggunakan stable diffusion, sebuah jenis AI generatif, untuk merekonstruksi gambar berdasarkan aktivitas otak manusia. Penelitian ini tidak hanya memiliki implikasi signifikan bagi ilmu saraf, tetapi juga membuka pintu bagi berbagai aplikasi, mulai dari membaca mimpi hingga memahami persepsi hewan.

Stable Diffusion dan Decoding Aktivitas Otak
Stable diffusion adalah AI generatif sumber terbuka yang mampu menciptakan gambar menakjubkan berdasarkan perintah teks. Dalam makalah tersebut, para peneliti melatih stable diffusion pada ribuan pemindaian otak, memaparkan partisipan manusia pada berbagai gambar sambil merekam aktivitas otak mereka menggunakan perangkat yang disebut Memorize Cam. Dengan melatih model pada hubungan antara pola aktivitas otak dan gambar yang sesuai, AI mampu merekonstruksi gambar berdasarkan aktivitas otak partisipan.
Meskipun tidak selalu sempurna, algoritma ini seringkali menghasilkan rekonstruksi gambar asli yang akurat, dengan posisi dan skala seringkali cocok dengan tepat. Satu-satunya perbedaan yang mencolok biasanya adalah warna elemen tertentu. Keberhasilan metode ini dikaitkan dengan kombinasi penelitian terbaru di bidang ilmu saraf dan model difusi laten.
Potensi Aplikasi dan Tantangan Masa Depan
Ada banyak potensi aplikasi untuk teknologi ini, termasuk:
- Membaca mimpi, pikiran, dan ingatan
- Memahami bagaimana hewan mempersepsikan dunia berdasarkan aktivitas otak mereka
- Menciptakan sistem buatan yang dapat memahami dunia seperti manusia
Salah satu tantangan utama untuk meningkatkan akurasi algoritma adalah melatih stable diffusion pada dataset pemindaian otak yang lebih besar. Seiring kemajuan teknologi, kemungkinan besar akan mengarah pada revolusi besar dalam antarmuka manusia-mesin.
Antarmuka Otak-Komputer: Antarmuka Perangkat Keras Berikutnya
Beberapa startup sudah mengembangkan perangkat yang dapat membaca pikiran dan menerjemahkannya menjadi pesan teks, atau bahkan mengendalikan lingkungan virtual dengan kekuatan pikiran. Perusahaan seperti Next Mind dan Microsoft secara aktif mengerjakan antarmuka otak-komputer (BCI) non-invasif, percaya bahwa mengendalikan perangkat dengan pikiran akan menjadi antarmuka perangkat keras utama berikutnya.
Pergeseran dalam interaksi manusia-mesin ini akan memiliki implikasi signifikan terhadap cara kita berkomunikasi, bekerja, dan menciptakan seni. BCI non-invasif menawarkan alternatif yang lebih aman dan lebih praktis daripada BCI invasif, yang memerlukan pengeboran lubang di tengkorak untuk membaca pikiran dengan presisi lebih tinggi.
Video oleh Anastasi In Tech
Makalah penelitian:
https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2022.11.18.517004v3.full.pdf
Kesimpulan
Seiring dengan terus berkembangnya ilmu saraf dan AI, kemampuan untuk membaca pikiran kita tampaknya tidak lagi berada di luar jangkauan. Dengan BCI non-invasif di depan mata, kita berada di ambang revolusi dalam antarmuka manusia-mesin, mengubah cara kita berinteraksi dengan perangkat kita dan dunia di sekitar kita.